Situs Deposit Pulsa Tanpa Potongan


RIBUAN JEMAAH BUBAR KARENA, KHATIB KEMBALI MENGUNGKIT DAN MEMPROVOKASI KASUS AHOK !!!

RIBUAN JEMAAH BUBAR KARENA, KHATIB KEMBALI MENGUNGKIT DAN MEMPROVOKASI KASUS AHOK !!!


RIBUAN JEMAAH BUBAR KARENA, KHATIB KEMBALI MENGUNGKIT DAN MEMPROVOKASI KASUS AHOK !!! - Kemarin saya sempat membahas tentang pernyataan Quraish Shihab mengenai persatuan. Sebuah pernyataan yang menyejukkan dengan menyebut Pancasila adalah pakaian bangsa yang unik. Memang sudah sepatutnya seperti itu, menyebarkan imbauan dan ucapan yang mempersatukan semua orang.

Tapi entah kenapa, tetap ada saja orang yang sikapnya terbalik 180 derajat. Yang melakukan ini malah seorang khatib, pada Idul Fitri pula lagi. Pada pelaksanaan Salat Idul Fitri 1438 Hijriyah di Alun-alun Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu pagi 25 Juni 2017, jemaah membubarkan diri pada saat khatib Idul Fitri, Ikhsan Nuriansyah Bajuri, menyampaikan khutbahnya. Usut punya usut, ternyata Ikhsan sejak awal menyinggung kasus penistaan agama yang melibatkan Ahok. Jemaah yang semula duduk mendengar khutbah serentak berdiri dan meninggalkan lapangan dan melipat peralatan salat.

Ketua PHBI (Panitia Hari Besar Islam) Kota Wonosari Iskanto pun membenarkan kejadian itu. Menurutnya, isi khutbah tersebut dinilai vulgar dan terlalu banyak menuding pihak lain dan mempermasalahkan kasus penistaan agama tersebut. Seharusnya, seorang khatib bisa mengira-ngira apa yang sepatutnya dapat disampaikan di depan jemaah.Agen Bola Terpercaya

Sejak awal khutbah, Ikhsan langsung menyinggung tentang kasus penodaan agama yang menjerat Ahok. “Ahok merupakan penista agama,” ucapnya di hadapan ribuan jemaah. Dia kemudian mengatakan, seorang penista agama tidak harus dibela ataupun dibantu, apalagi dibantu oleh negara termasuk aparat kepolisian. Dia mendukung sepenuhnya hukuman terhadap Ahok agar menimbulkan efek jera dan tidak ada lagi yang menistakan agama.

Hahaha, saya bukannya menghina, tapi merasa sangat lucu dengan kejadian ini. Kasus hukum Ahok sudah clear bulan April kemarin, sekarang sudah mendekati akhir bulan Juni. Tapi Ikhsan ini seolah baru keluar entah dari mana, dan merasa kasus Ahok masih belum usai. Atau dia tahu kasus Ahok sudah usai, tapi mungkin emosi dan kebenciannya masih terbawa hingga sekarang. Dia mendukung Ahok dihukum. Lah, bukannya Ahok sudah dihukum 2 tahun penjara? Kemana saja selama ini?

Ini sudah jelas-jelas agama yang sudah dicampur dengan politik, padahal 2 hal ini sangat berbeda, jika dicampur biasanya akan menimbulkan apa yang dialami Ikhsan. Dulu, banyak juga masjid yang dijadikan tempat kampanye meski sudah dilarang. Tidak sedikit yang menjadikan masjid sebagai alat politik yang digunakan sekelompok orang untuk mencapai tujuan politik tertentu.Agen Casino Terpercaya

Apa yang dilakukan Ikhsan ini semakin menambah daftar panjang. Hasilnya? Ikrar halal bihalal yang sedianya dilakukan usai salat Idul Fitri oleh para jemaah, akhirnya hanya diikuti beberapa orang saja, karena sebagian besarnya telah membubarkan diri. Itu artinya jemaah mungkin sudah lelah, bisan dan muak dengan ini semua. Wajar, karena Pilkada sudah usai, kasus Ahok sudah usai, apa lagi yang mau diributkan? Mengungkit kembali adalah sikap tidak bisa menerima kenyataan masa lalu, tidak puas dengan apa yang sudah terjadi, atau masih menyimpan kebencian.

Coba bayangkan, dan nilai sendiri. Ceramahnya di Wonosari, bahasnya masalah Ahok (di Jakarta) yang sudah basi 2 bulan, di hari raya Idul Fitri pula. Seharusnya ceramah agama yang menyejukkan tapi malah bahas politik yang cenderung emosian. Apa manfaatnya buat jemaah? Mungkinkah dia ingin tenar dan dapat panggung seperti ulama (katanya) sebelah?

Seperti yang saya katakan, kasus Ahok sudah basi 2 bulan. Kalau dipaksa makan, paling sakit perut dan kena penyakit. Ikhsan yang mengungkit masalah ini bukan pada waktunya, hanya membuatnya terlihat bodoh. Orang-orang bukannya bersimpati, tapi malah membubarkan diri. Ingin mendapatkan panggung, tapi akhirnya roboh. Ingin merasa dianggap pahlawan karena membela agama, tapi sebenarnya hanya orang yang sakit hati, tak sembuh-sembuh hingga sekarang.

Pilkada telah usai, tapi emosi dan kebencian masih belum reda. Ini baru satu orang, dan saya yakin banyak orang yang sikapnya seperti Ikhsan ini, pidato dan ceramah dengan topik yang tak relevan dan tidak pada tempatnya, bukan di waktu yang tepat pula. Berbicara seperti ini di hadapan ribuan orang, maka efeknya cukup terasa. Bukannya tidak menghormati khatib, tapi jemaah yang meninggalkan tempat adalah bukti masih banyak yang paham dan mengerti, setidaknya masih waras.





Sumber  :  Seword.com

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.